
Jakarta - Hampir sepuluh hari Gerald Vanenburg menempa pemain Timnas Indonesia U-23 untuk tampil Piala AFF U-23 2025 yang digelar pada 15-29 Juli di Jakarta dan Bekasi.
Dalam pemusatan latihan di Jakarta yang rencananya berlangsung hingga 14 Juli nanti, pelatih asal Belanda itu sedang mematangkan cara bermain terbaik.
Menurut Muhammad Ferarri, sang mentor menuntut para penggawa Timnas Garuda Muda untuk menjaga bola selama mungkin. Para pemain juga harus pandai dalam berkomunikasi.
"Fokusnya simpel apa yang di inginkan adalah build-up dan menjaga bola selama mungkin, dan juga komunikasi," ungkap Muhammad Ferarri melalui akun Youtube resmi Timnas Indonesia.
Perlu Stamina dan Fisik

Apa yang dibutuhkan para pemain supaya bisa menjalankan instruksi Gerald Vanenburg tersebut? Toni Ho coba menjelaskan game plan itu.
"Jelas fisik harus bagus. Karena semua pemain dituntut banyak bergerak. Terutama mobilitas untuk mencari ruang agar pemain yang pegang bola bisa memberikan ke rekan lainnya," kata Toni Ho.
Namun mobilitas dan cari ruang ini tergantung tempo permainan. Jika ritme permainan lambat tentu tak banyak menguras tenaga.
"Tapi kalau ball possession seperti diterapkan Jepang saat menjamu Timnas Indonesia lalu, itu perlu stamina kuat. Karena pemain bergerak cepat dengan alur bola cepat pula," ujarnya.
Nah, lanjut pelatih asal Makassar ini, apakah penguasaan bola yang diinginkan Gerald Vanenburg dalam jarak rapat atau longgar.
"Jika jarak antarpemain dekat, maka Gerald Vanenburg ingin main bola cepat seperti tiki taka Spanyol. Pertanyaannya, apakah semua anggota Timnas Indonesia punya kualitas kontrol bola bagus?" tanya Toni Ho.
Butuh Chemistry
Main bola-bola pendek, jelas Toni Ho, butuh chemistry antarpemain tingkat tinggi dan berpikir cepat. "Chemistry tak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Tiap pemain juga harus punya teknik dasar bagus. Terutama kontrol dan passing. Apakah kontrolnya lengket dan akurasi passing bagus? Terutama passing ruang sempit di antara dua atau tiga pemain lawan," jelasnya.
Toni Ho khawatir jika taktik ini tak bisa dijalankan, pemain Timnas Indonesia akan kembali ke setelan pabrik.
"Saya takutnya akan kembali ke setelan pabrik. Pemain akan tampil dengan karakter asli sesuai naluri yang telah dibentuk sejak usia dini. Kita tahu pemain Indonesia suka menggiring bola. Tapi ketika diblok lawan bingung dan bola sering terhenti," ujarnya.